Senin, 07 Januari 2013

Sangyang Bayu

Sangyang Bayu

SANG HYANG BAYU Sang Hyang Bayu adalah Dewa angin. Dia putra Betara Guru dan berkuasa mengenyahkan seisi alam ini dengan anginnya. Tanda Dewa berjiwa bayu (angin) ialah berkain poleng (berkotak kotak) dan berkuku pancanaka pada ibu jari. Hyang Bayu mempunyai saudara-saudara tunggal-bayu, sama-sama berkekuatan angin; Yakni: 1. Sang Hanuman, 2. Wrekodara (Bratasena), 3. Wil Jajahwreka, 4. Begawan Maenaka, dan 5. Liman Satubanda, juga bernama Gajah Sena. Kalau berjalan, kelima saudara ini selalu diikuti oleh angin puyuh dan jalan mereka cepat sekali. Di dalam lakon Begawan Palasara Krama (kawin), Betara Bayu datang sebagai pemisah perselisihan paham antara Palasara dan Sentanu dalam memperebutkan kemuliaan dengan keputusan, bahwa Sentanu memilih kemuliaan di Marcapada (dunia), dan Palasara memilih kemuliaan di Kahyangan, (akhirat). Selain di dalam lakon ini, Betara Bayu juga kerapkali datang di Marcapada sebagai pemisah, apabila terjadi suatu perselisihan paham. Ketika Perang Baratayuda semakin mendekat, para Dewa turun ke negara Astina untuk memisahkan Pendewa dan Korawa yang bersengketa. Betara Bayu pun ikut turun. Namun segala daya-upaya para Dewa tak berhasil dan perang akhirnya pecah jugalah. Di dalam pewayangan, pada perang yang penghabisan yang lazim disebut perang sampak, Wrekodara (Bratasena) umumnya menyebabkan mati musuhnya. Setiap kali musuh mati, menarilah Wrekodara dan tarinya itu disebut tari tayungan. Tetapi kalau musuhnya orang Korawa, musuhnya itu tidak mati, sebab orang-orang Korawa hanya akan mati kelak dalam Perang Baratayuda. Sebelum ada Wrekodara, perang yang penghabisan ini disudahi oleh Betara Bayu. Hyang Bayu bermata telengan, berhidung dempak berkuku pancanaka. Bermahkota, berjamang tiga-susun, bersunting waderan, berpupuk, berkain poleng, menandakan Dewa ini berkesaktian angin. Hyang Bayu Dewanya Wrekodara. Maka Wrekodara pun disebut juga Bayusuta, oleh karena dipungut anak Hyang Bayu. Hanuman pun diambil anak oleh dewa mi. Maka ia juga berkain polong untuk menandakan, bahwa ia berdewa Bayu. Selain kain baju mereka yang berdewa Bayu serupa, kepala mereka juga berpupuk dan mereka pun berkuku pancanaka. Sumber : Sejarah Wayang Purwa - Hardjowirogo - PN Balai Pustaka - 1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar